Napak Tilas Bakso Legendaris Mojosari

Masa kecil saya di Mojokencono Wonokusumo Mojosari. Tepatnya gang sebelah BPR Pahalapakto masuk ke barat tiga rumah di sebelah kiri dan sekarang saya lihat sudah menjadi reruntuhan.

Seingat saya dulu yang jualan bakso di sebelah kiri itu adalah Pak Jamil yang gemuk...sekarang sudah meninggal.

Sekarang yang jualan bakso tetangga saya dulu. Cak Mukhlas yang dulu tinggal di dekat rumah saya juga. Tapi tidak di deretan rumah saya melainkan di depannya alias menghadap ke selatan.

Cak Mukhas ini menjual bakso yang mirip masa lalu saya. Biasanya saya merasakan bakso ini di pasar legi Mojosari. Saya cerita asal mula bakso Cak Mukhlas dulu ya dari Cak Slamet yang berjualan di Pasar legi....setelah itu, saya akan cerita rasa khas bakso Cak Slamet.

Untuk itu saya sengaja mengunjungi taman lalu lintas yang dulu adalah Pasar legi tempat Cak Slamet berjualan.

Itu saya sengaja membuat denah Pasar legi...tapi sangat sederhana ya..maklum dengan aplikasi Android. Yang penting bisa dibaca hehe... Ia

Jadi......dulu sepertiga taman lalu lintas adalah pasar legi. Pasar legi ada di sisi timur taman lalu lintas ini. Itu saya berdiri di tempat Cak Slamet berjualan bakso. Saya waktu itu melihat pasar legi tersusun atas dua lorong dengan empat berbanjar ke utara barisan "bedag" atau lapak orang berjualan.

Jika dari arah tugu adipura (dulu belum ada tugu, jalan masih luas) berarti di lorong pertama. Dari ujung saya hitung satu....dua.tiga...nomor tiga dari ujung yang menghadap ke barat berarti kanan jalan jika dari ujung lorong.

Cak Slamet berjualan mulai tahun 1975 dengan ilmu dari orang tionghoa. Jaman dulu teknologi belum maju. Untuk membuat bakso enak, Cak Slamet selalu berangkat sebelum subuh agar mendapatkan daging hangat.....

Daging hangat adalah daging yang masih hangat, atau maksimal 2 jam setelah menyembelih. Kemudian dipukuli di kayu besar bersama dua pemukul besi seperti gada. setelah itu dibubuhi es yang dibeli di Wonokusumo sebelum panjer. Bersama tepung kanji dan bumbu baru dibentuk bola untuk direbus.

Kuahnya juga dari daging dan tulang terbaik sehingga tidak berlemak dan berlemak seperti bakso kebanyakan sekarang ini. Saat itu saya baru belajar makan pedas saat saya kepedesan, Es Gudir Mbah Dikun selalu mengobati rasa pedas saya. Kapan-kapan saya akan menulis tentang Es ini.

Setelah makan Bakso ini biasanya saya kurang puas dan minta tambah. Sebelum tambah sih ingin berjalan-jalan ke pasar legi dengan memutari lorongnya. Banyak orang berjualan, semua tidak benderang seperti saat ini.

Dalam denah yang saya buat dengan ingatan saya di belakang sendiri ada Soto Agus dengan lapak warna kuning bersih bersama TV hitam putih hadiah dari lomba layang-layang yang tidak pernah mati. Pada pojok ada ruang kosong yang sering dipakai orang jual jamu mengadakan pertunjukan selain di terminal.

Memutar keluar lewat lorong sebelahnya dan masuk ke lorong Cak Slamet, paling terang adalah pojok tepat Abah Rofiq berjualan oli. Kalau hari Rabu saya selalu rewel minta dibelikan majalah Bobo. Saya kurang tertarik dengan mainan melainkan tertarik dengan bacaan.

Saya selalu membaca Bobo, merengek minta dibelikan Bobo di toko Abah Rofiq. Jelas tidak dibelikan karena saya kan sudah berlangganan Bobo di Publik waktu itu menempel di terminal sebelah nirwana. Tapi Abah Rofiq selalu lebih dulu memajang majalah Bobo terbaru dan Publik selalu kalah cepat. Itu yang membuat saya rewel.

Obatnya, ya kembali ke Cak Slamet untuk bakso lagi. Bola-bola daging yang keras karena memang campuran daging sapi dan tepung tapioka sedikit. Ditambahkan tahu. Sangat kuat dalam ingatan itu.

Lantas, sekarang saya merasakan lagi melalui anak Cak Slamet. Masih ada rasa asli Cak Slamet. Tapi....cak Mukhlas saat ini sudah berbenah. Selain menjual Pusaka *Heritage Cak Slamet) juga menjual pentol besar dan siomay kubis.

Saya memesan bakso yang sama seperti jaman Cak Slamet dan memesan siomay kubis juga.

Sejenak saya juga berfoto di gang tempat saya kecil untuk memuaskan ingatan masa lalu.

Itu ingatan saya...Bagaimana dengan ingatan anda? ayo berbagi cerita ya...😍🥰 (Firitri)

#keberterimaan #risiko #peluang #firi #firitri #mc #humaninterest #menulis #perempuan #kekuatan #puri #lokal #budaya #panas #penulismojokerto #mojosari #writer #nostalgia #bakso #heritage



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fotonya Bagus Semua yah si Penulis Mojokerto ini, Tapi Risikonya?

RIYOYO KUPAT MOJOKERTO