Toponimi NAma Desa Centong. Berasal dari Alat Masak Tape Ketan Hitam?

 






Desa Centong Toponimi dari Tape Ketan Hitam ?? (Makanan Terlarang)

----------------------- Firitri

Centong ini ada di kecamatan Gondang Kab Mojokerto. 

Centong.....berasal dari kata Éntong (huruf E dibaca seperti kata Enak) yang artinya sendok besar untuk mengambil nasi. akhirnya menjadi Céntong.

Kata Céntong lambat laun dibaca Cêntong (huruf E dibaca seperti kata EMAK). Ada dua kemungkinan dinamakan Centong karena Banyaknya alat untuk memasak tape ketan hitam (Éntong) dan juga wilayah ini dalam cekungan (Centong)....yaah sila dipilih mana yang benar...lha wong saya ini hanya bisa bercerita saja.

Mengapa Cêntong karena di sini banyak yang memproduksi Tape Ketan Hitam. Saya tidak tahu mulai kapan adanya Tape ketan hitam di desa ini. 

Ada banyak kisah tentang desa Centong ini. Disinyalir sih (saya belum menemukan bukti-bukti otentik---hanya cerita tutur saja) Dusun ini sudah ada sejak jaman Majapahit. Para penduduk saat itu bertani Beras Ketan Hitam (Oryza sativa var glutinosa).

Beras ketan hitam ini akan diolah untuk makanan khusus para elit. Hasil samping berupa minuman beralkohol yang juga untuk para elit.n Jadi..Ini terlarang untuk rakyat Jelata....makanyaaaa disebut makanan terlarang.

Ketan hitam kan bukan asli Indonesia ya.......mereka aslinya dari subtropis (Japonica). Makanya menanamnya nggak sembarangan. Ditanamlah di pegunungan.

Dulu mereka selalu menanam ketan hitam. Sebenarnya ada  tiga kultivar padi ketan hitam dengan nama standard Wilis, Gundik, dan Gontor Bulu. Namanya orang desa ya, mereka membuat nama sendiri dengan nama Pendek, gundul dan Wilis. 

padahal nama itu tadi adalah nama kultivar ketan putih. Tapi nggak apa lah, yang penting hasilnya.

Desa centong itu buesaaar, lho. Wilayahnya terdiri dari 9 dusun. Tetapi hanya ada 3 dusun yang menjadi sentra tape ketan hitam. 

Dulu mereka selalu menanam ketan hitam. Sebenarnya ada  tiga kultivar padi ketan hitam dengan nama standard Wilis, Gundik, dan Gontor Bulu. Namanya orang desa ya, mereka membuat nama sendiri dengan nama Pendek, gundul dan Wilis. 

padahal nama itu tadi adalah nama kultivar ketan putih. Tapi nggak apa lah, yang penting hasilnya.

Ternyata perubahan iklim menjadikan mereka menanam selain ketan hitam. Memang masih ada ketan hitam sih, tapi tidak sebanyak dulu. Karena hasilnya kurang memuaskan. jadiiii, memilihg impor saja.. Impor bukan dari luar negeri tapi daeri daerah sekitar. Trawas, Pacet dan lainnya.

Impor ketan hitam dari luar negeri sampai sekarang tidak dilakukan oleh pemerintah.

Terus, Seperti apa? dibuat tape.

Caranya mudah, cukup direndam....kemudian dikukus.....setelah dikukus dimasukkan dalam wadah menunggu dingin. Setelah dingin dibubuhi ragi tape yang mengubah struktur ketan menjadi tape. Bukan hanya menghasilkan alkohol saja lho ya tetapi ada banyak zat lain yang sangat bagus untuk tubuh. Jadinya isi ragi tape itu sangat banyak.

Jika anggur, roti, dan bir hanya memakai satu jenis mikrobiologi, tape ada buanyaaak. 

Amylomyces rouxii, Mucorsp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga,Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp.dan Bacillus sp. Jangan dihapalkan ya...percuma, nggak akan ada di ujian kita.

Apa lho khasiatnya. Mikrobiologi yang saya sebutkan dan tidak akan masuk di ujian itu tadi akan banyak membantu pencernaan kita. Menghaluskan makanan, memudahkan pencernaan dan memudahkan penyerapan gizi ke dalam tubuh kita...Yuhuuu sekali kaaan.

Setelah 3 hari dipanen.....lantas, ada hasil samping. Dalam tape ketan ini menetes air tape yag harum. Namanya Badheg. Dalam 1 kg ketan yang dijadikan tape, akan menghasilkan 200cc air tape. Ini dijual dengan harga berbeda. 

Sampai sekarang, tiga dusun di Centong ini menghabiskan minimal 2 ton ketan hitam per hari untuk dijadikan tape. Hasilnya dijajakan keliling di banyak wilayah. 

Minimal 2 ton lho....jika liburan dan lebaran seperti sekarang biasanya dapat dua kali lipatnya. Apalagi sekarang sudah selesai era wabah...amaaaan..

Nah, bagaimana ke depannya? apa itu-itu saja? Waaah, itu perlu pengembangan, penguatan dan fasilitas. Jelas bukan keahlian saya,....ayo siapa tertarik mengembangkan bisnis ini? 

Saya ini berfoto di Pacet bukan di Centong...menikmati Tape Ketan Hitam Yuhuuuu di pinggir jalan. 💜

#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #character #womaninwork #writing #writer #tape #fermentasi #ketan #rice #fermentation

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fotonya Bagus Semua yah si Penulis Mojokerto ini, Tapi Risikonya?

RIYOYO KUPAT MOJOKERTO