Puri dan Kepahlawanan Mojokerto (Matoesin Sang Penggempur Dalam)

Saya lama tinggal di Puri Mojokerto. Suatu kecamatan di Kabupaten Mojokerto yang berbatasan langsung dengan Kota Mojokerto. Semua seakan dekat dengan Puri mulai dari pertanian, perikanan, sungai hingga perkotaan. Tetapi saya ingin bercerita tentang kebesaran sejarah di Puri.

Dalam foto ini jelas betapa asri dan indahnya tempat ini.

Bukan sejarah Majapahit yang sering diulas. Kemungkinan memang besar karena di Puri juga banyak punden dan peninggalan sejarah yang tersebar walaupun sulit membuktikan alur ceritanya secara akademik. Bahkan legenda hidup Hadi Sidomulyo orang Inggris yang mempelajari keMajapahitan juga tidak bercerita tentang Puri di bukunya Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca.


Saya untuk pertama kali menulis di blog pribadi dan akum media sosial lainnya bercerita tentang kegundahan saya pada peninggalan sejarah perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Puri? Ya!


Puri melahirkan tokoh sentral bernama Matoesin. Dari data arsip Angkatan Darat dijamin benar bahwa Matoesin lahir dan besar di Kecamatan Puri. Lantas, siapakan Matoesin? Saya mencoba menelusuri jejaknya di Puri dan belum ketemu hingga saat ini.


Matoesin menghabiskan masa kecil di Puri lantas menempuh pendidikan di pondok pesantren Sooko, entah apa pondok pesantrennya belum ada data yang valid. Setelah dewasa mencoba peruntungan sebagai anak buah kapal di Surabaya untuk berlayar keliling nusantara. Saat jaman penjajahan Jepang, krisis ekonomi mulai terasa dengan hiperinflasi di Nusantara. Matoesin mencoba peruntungan untuk menjadi tentara Heiho. Heiho tidak ada perwira dari orang Indonesia sedangkan PETA banyak perwira dari Indonesia dan kesemuanya gagal karena usia Matoesin saat itu sudah terbilang senja di atas 40an. Kegagalan menjadi tentara membuat Matoesin menjadi pengangguran di tengah perkampungan Pandegiling yang sebagian besar adalah penjahat seperti maling, copet dan perampok. Matoesin dengan fisik pendek gempal ditakuti semua penjahat itu karena kuat dalam berkelahi.


Singkat cerita, Jepang menyerah dan sekutu ke Indonesia menempatkan tentara terkuatnya di Surabaya. Sehingga terjadi perang lima hari di Surabaya yang memaksa Inggris untuk menyerah. Tetapi Inggris yang merupakan pemenang perang dunia II lebih memilih mendatangkan Bung Karno untuk menghentikan pertempuran. Pertempuran berhasil dihentikan, Bung Karno kembali ke jakarta dan terjadi kecelakaan Brigadir Mallaby terbunuh.


Inggris marah dan mulai mengancam Surabaya. Peran Matoesin terlihat nyata mulai pertempuran ini. Matoesin dengan mencuri logistik Inggris. Karena saat itu senjata jepang sangat mudah didapatkan karena merampas dari gudang senjata di Jalan Tidar. Senjata jepang merk Arisaka memang handal tetapi tidak nyaman digunakan. Berbeda dengan senjata Inggris. Stengun menjadi primadona karena nyaman digunakan. Masalahnya itu adalah milik musuh.


Matoesin banyak mendapatkan senjata Inggris itu karena dengan para maling yang merupakan anak buahnya di Pandegiling bisa mengimplementasikan ilmu malingnya. Oleh Jenderal Mayor Sungkono Matoesin langsung diberi pangkat kapten dan berhak memimpin kompi sendiri. Kompi ini dinamakan Kompi Maling mungkin karena tugasnya mencuri logistik musuh. Kompi ini lebih dari 150 orang jumlahnya. Beda Ya dengan Kompi yang umumnya berjumlah hanya 100 orang.

Dengan jumlah senjata yang sama, tetapi kemampuan Sumber Daya Manusia yang jauh berbeda dalam metodologi perang modern Surabaya pun luluh lantak oleh serangan Inggris. Para pejuang harus mundur. Bagaimana dengan Matoesin?
Tidak. Kompi Maling tetap ada di Surabaya yang sudah dikuasai Inggris.


Saat inilah mental tentara Inggris diuji. Inggris banyak kehilangan propertinya. Mulai dari Senjata, Amunisi hinga makanan dan obat-obatan. Merasa seperti itu, intelejen tentara bergerak cepat untuk merekomendasikan agar Inggris segera angkat kaki dari Surabaya karena tidak aman dan diserahkan Surabaya ke Belanda.


Belanda juga mengalami nasib sama, tetapi karena Belanda memang melakukan pendudukan dengan jangka waktu lama intelejen banyak disebar. Musuh paling menakutkan dalam perang bukan pasukan infantri atau artileri tetapi intelejen. Dengan kekuatan gulden-nya intelejen banyak merekrut penduduk sebagai informan. Informan inilah yang berbahaya dan menimbulkan banyak korban di pihak pejuang Republik Indonesia.


Lagi-lagi Kompi Maling menjadi tokoh sentral. Dengan penguasaan wilayah yang baik, Matoesin tahu satu per satu mana yang rakyat biasa dan mana yang menjadi mata-mata. Terapi kejut dilakukan berkali kali dengan cara mengantung terbalik mayat mata-mata dengan banyak luka. Hal ini relatif efektif sehingga menurunkan korban di pihak pejuang Republik.

Teror demi teror juga dilakukan Matoesin kepada tentara belanda juga. Karena saat itu persenjataan rampasan jepang yang banyak sudah hampir habis dirampas oleh Inggris. Jadi dalam keadaan sangat lemah yang dilakukan pimpinan tentara adalah teror melalui gerilya. Cara efisien menghadapi kekuatan besar yang mengakibatkan belanda dilanda tekanan psikis dengan ketakutan luar biasa. Matoesin menjadi garda depan untuk melakukan teror ini. Jadilah Kompi ini dinamakan Penggempur Dalam karena langsung masuk ke dalam area pertahanan musuh.


Hingga 1949 dilakukan gencatan senjata, untuk menghormati Matoesin di daerah menganti Gresik didirikan tugu peringatan Kompi Matoesin pada bulan Nopember 1949. Didirikan di daerah itu karena Matoesin melakukan penetrasi untuk merebut kembali Surabaya melalui jalur barat, jalur yang tidak disangka oleh Belanda.

Karene bergabung dengan ketentaraan sudah di usia senja, Maka karir militer Matoesin tidak panjang dan hanya naik satu tingkat menjadi mayor. Matoesin kembali ke Puri kampung halamannya untuk bertani hingga meninggal di tahun 80-an (belum ada data pasti) dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jl Pahlawan Mojokerto.


Tidak banyak generasi muda yang mengetahui kebesaran cerita ini. Bahkan warga Puri Mojokerto yang menjadi kampung halaman Matoesin pun tidak tahu menahu. Semoga tulisan saya ini mengawali adanya gerakan nguri-uri cerita sejarah perjuangan bangsa agar dapat bangga dengan cerita daerah sekitarnya, cerita kehebatan pendahulunya.

#sejarah #sejarahpuri #puri #mojokerto #kompimaling #maotoesin #pengempurdalam #maling #firi #firitri #penulis #mc #humaninterest #blogger #public_speaking #cerita #perempuan #perjuangan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fotonya Bagus Semua yah si Penulis Mojokerto ini, Tapi Risikonya?

RIYOYO KUPAT MOJOKERTO