Hari Literasi Sedunia Firitri

Podium Universitas Ciputra....dan, siapa sangka saya dapat berdiri di podium auditorium Universitas CIputra Surabaya.


Hari ini adalah 8 September yang artinya diperingati sebagai hari aksara Internasional atau International Literacy Day. Lalu apa hubungannya hari ini dengan saya berdiri di auditorium?

Saya ingat ungkapan sayidina Ali bin Abi Thalib "Jangan melihat siapa yang bicara tapi lihatlah apa yang dibicarakan"

Jaman Sahabat nabi ternyata sudah sangat modern dalam menyerap keilmuan yang lebih mementingkan isi daripada yang berbicara. Jack Ma sang begawan Ali baba saat masa susah dianggap orang gila yang ke mana-mana hanya menawarkan mimpi. Seluruh ucapannya tidak dipercaya dan hanya segelintir temannya saja yang mau menyokong Jack Ma dalam bekerja meraih mimpi.

20 tahun berlalu, Jack Ma menjadi raksasa dengan Ali Baba-nya, semua ucapan Jack Ma yang dulu dianggap sebagai angin lalu lantas saat ini dijaring, ditulis dan sering dibicarakan dalam seminar dan acara-acara hebat.

Telat, Om........itu yang ingin saya sampaikan. Ternyata budaya saat ini lebih memilih siapa yang berbicara bukan isi yang dibicarakan...
Sangat miskin etika keilmuan, dan ini berarti kemunduran jika kita bandingkan dengan ungkapan Sayidina Ali tadi.


Lantas? Kita saat ini sudah hampir semua melek huruf. Sudah hampir semua memegang sarana digital yang langsung terhubung dengan media. Jaman Industri 4.0 Bung. Jangan bandingkan dengan jaman 1.0 dimana mesin uap ditemukan, yang mampu membeli mesin uap hanya sedikit orang kaya dan membuat banyak pekerja kehilangan pekerjaan...
meningkat ke 2.0 dimana assembling industri berbasis elektronik, juga dimiliki orang yang sangat kaya yang lebih hebat lagi, sudah membuat orang diPHK karena elektronik jauh lebih efisien. Puncaknya di 3.0 semua serba komputer yang membuat manusia lebih tersisih lagi. Komputerisasi yang hanya dimiliki orang kaya juga.

Lalu 4.0? Komputer berubah menjadi segenggam telepon selular semua orang berhak dan mempunyai peluan yang sama untuk sejahtera melalui itu. Lantas? apakah hanya kesejahteraan?
Kembali ke literasi. Menuliskan sesuatu adalah hal mudah saat ini. Kita tulis untuk mencerdaskan sekitar kita. Kita tulis apa yang dapat merubah segala sesuatu menjadi lebih baik. Menulis sama dengan berbicara. Tidak dilihat siapa tetapi isinya.

Apakah harus dengan gelar derajad akademik tinggi untuk tulisan dibaca dan diterapkan? Itu dulu. Saat ini sudah ada Perpres No 8 Tahun 2012 tentang KKNI atau kompetensi. Jadi semua orang tidak perlu dilihat gelar akademiknya yang perlu adalah kompetensinya.

Lalu, tunggu apalagi. Semua orang setara, media sudah dalam genggaman. Marilah kita mulai menulis sekecil apapun yang dapat merubah segala sesuatu menjadi lebih baik. Kembali ke ungkapan Sayidina Ali yaitu "Ikatlah Ilmu dengan Menulis"

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fotonya Bagus Semua yah si Penulis Mojokerto ini, Tapi Risikonya?

RIYOYO KUPAT MOJOKERTO