Batik Mencemari Lingkungan



Saya pamer baju saya, warna hijau botol. Warna khas majapahit yang saya baca dari buku pengantin Mojoputri dan Sekar Kedaton. Jika Mojoputri adalah raja yang menikah sedangkan Sekar Kedaton adalah Putri Raja yang menikah. Semua membahas warna batik khas Majapahit yang bermotifkan kawung dan sulur-sulur serta kebanyakan bewarna hijau botol, biru dan terakota.

Ini lah yang saya pakai, warna hijau botol.

Batik yang merupakan percampuran budaya sangat aneh dibandingkan tekstil lainnya. Dinamakan batik jika............kain dihalangi dengan lilin kemudian diwarna dan lilin dihilangkan. Kemudian diberi lilin lainnya diwarna lagi hingga beberapa kali sehingga didapat warna yang diinginkan. Jika tidak melewati proses demikian ya itu dipastikan bukan batik.

Motif batik dan teknis mungkin tidak saya tulis ya karena itu bukan ranah saya. Saya hanya penikmat batik saja untuk memakai batik dengan nyaman. Karena kain batik tulis biasanya dingin di badan cocok dengan iklim hujan tropis yang lembab seperti Indonesia. Yang jelas semua kearifan lokal pasti paling bagus untuk di tempat asalnya karena sudah melewati riset bertahun-tahun walaupun tidak tertulis. Tidak mungkin kan kita memakai baju Wool di iklim ini, karena kita dijamin bisa berkeringat terus sehingga memudahkan kita menikmati panu, kadas, kurap dan lainnya 😝.

10 tahun lalu di Abu Dhabi UNESCO memutuskan batik menjadi warisan tak benda dunia, sehingga Presiden SBY waktu itu memutuskan bahwa 2 Oktober adalah hari batik Nasional.

Saya sebagai perempuan melihat batik sebagai salah satu fashion yang megah. Jika saya lihat dari patung Prajna Paramitha yang baru saja dikembalikan Belanda ke pangkuan Pertiwi, patung kecil ini menjelaskan batik kawung sudah dipakai oleh wanita berpengaruh saat itu. Detail akurasi dan presisi motif sangat waaah....

Inilah yang meyakinkan saya bahwa memakai batik menjadikan perempuan akan semakin anggun. Walaupun saya hanya mempunyai beberapa baju batik saja di luar seragam kerja batik saya.

Lantas, apa hubungannya dengan lingkungan?

Batik yang benar adalah menggunakan pewarna alami dari bahan yang ada di sekitar kita. Sebelum kita mengenal Rhemasol, Indigosol dan lainnya pendahulu kita memakai pewarna alami dari akar, daun dan kulit pohon hingga tanah dan logam. Batik juga menggunakan lilin alami yang berasal dari sarang lebah madu. Foodgrade dan jelas tidak seperti lilin sintetis yang umum digunakan batik saat ini.

Dari proses itu dapat dilihat, kejadian tahun lalu yang membuat bengawan solo menjadi biru karena cemaran industri batik. Pencemaran yang ditimbulkan Lilin sintetis-Indigosol-Rhemasol sebesar 17.000ppm COD (kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi senyawa terlarut dan partikel organik di air) bandingkan dengan Proses batik alami yang hanya 1.000 ppm. Itu pun walaupun proses batik alami harus diolah karena baku mutu air di sungai kan 90 ppm.

Jangan lupa, saat ini kita juga harus berhemat dengan air karena kekeringan semakin mengancam. Tangkapan dan resapan air sudah sedikit. Air hujan langsung mengalir ke lautan. Tugas kita adalah menahan air tawar selama-lamanya di daratan tapi tidak menimbulkan efek bencana. Tapi, sekarang air hanya lewat dan cadangan air di tanah sedikit. Jadi Air harus dihemat. Batik? Proses batik alami

Industri boros air adalah industri minuman.....asumsi orang pasti seperti itu karena bahan dasar mereka adalah air. Wah, padahal yang boros air adalah industri Baja, Kertas...dan...Tekstil termasuk batik.

Tetapi batik alami asli nenek moyang kita ternyata lebih maju, jika industri batik dengan pewarna sintetis membutuhkan air 50 liter untuk satu lembar kain batik, batik berpewarna alami hanya membutuhkan air di bawah 10 liter saja. Jadi dapat dilihat secara nyata jika batik asli lebih unggul.

Sampai di sini?
Belum......

Kain batik yang sudah jadi kain ataupun baju akan kita pakai. Setelah kita pakai pasti membutuhkan perawatan berupa pencucian. Jika tekstil biasa membutuhkan 10 liter air untuk pencucian dengan detergen basa kuat dengan pH 10-12, jelas cemaran akan tinggi dan membuat kulit iritasi, Batik hanya membutuhkan air 5 liter saja untuk pencucian dengan sabun/detergen ber pH 7-8 yang aman di kulit serta beban cemaran rendah. Hasilnya jelas limbah domestik cucian akan mempunyai beban pencemaran rendah dan hemat air untuk pencucian batik.

Jika kita semua memakai batik, air akan dapat dihemat dan ikut andil dalam menurunkan beban pencemaran air. Jadi, Tunggu apa lagi......Mari berbatik. Kalau bisa Kita segera bisa pakai Setelan Batik Sarimbit yak !!! eaaaaaa...Selamat Hari Batik Nasional 🥰🥰🥰🥰 (firitri)
#mojokerto #keberterimaan #risiko #peluang #firi #firitri #penulis #mc #humaninterest #blogger #public_speaking #cerita #perempuan #libur #kacamata #menulis #kekuatan #puri #kesenian #lokal #budaya #batik #haribatik #unesco

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fotonya Bagus Semua yah si Penulis Mojokerto ini, Tapi Risikonya?

RIYOYO KUPAT MOJOKERTO